Komunitas adalah Brand
Masih ingat teori motivasi ala Abraham Maslow yang bentuknya piramid? Dimana menurut Maslow motivasi manusia terbagi dalam hirarki piramid, mulai dari kebutuhan dasar di bawah kemudian harga diri, kepemilikan dan aktualisasi diri di pincaknya.
Pola Collaborative Consumption memenuhi 2 hierarki Maslow sekaligus, yaitu di tingkat pribadi dia memenuhi kebutuhan dasar anggotanya dan juga di tingkat komunitas memenuhi harga diri dan kepemilikan dari para anggotanya. Komunitas telah menjadi brand, yang membantu anggotanya menemukan jati diri dan harga diri sekaligus. Berbeda dengan pola lama yang individualistis dan brand hanya untuk konsumsi belanja saja. Sebagai contoh, Nike kini memiliki Nikeplus, dimana Nike benar-benar membangun komunitasnya disini.
Fungsi brand disini adalah untuk “Memberdayakan Komunitas” dan merangkul mereka, bukan sebuah kampanye. Dicontohkan, Skype, hanya dalam 2 tahun telah mampu merangkul 100 juta pengguna. Akhir 2008 menjadi 405 juta pengguna dan lebih dari 2,6 milyar menit digunakan untuk penggunaan panggilan SkypeOut.
Brand Evangelists
Menurut Erik Qualman, dalam bukunya Socialnomics, hanya 14% orang percaya akan iklan, sementara 78% percaya pada rekomendasi dari rekan atau peer. Dicontohkan bagiamana Harley Davidson, Virgin, Apple & Starbucks telah berhasil merangkul konsumennya dan mengejawantahkan ide ini, yaitu menjadikan brand-nya dari sesuatu yang diinginkan menjadi sesuatu yang disenangi kemudian menjadi sesuatu yang konsumennya dapat berpartisipasi di dalamnya.
Collaborative Consumption brand berinvestasi pada komunitasnya sejak awal. Alih-alih berbicara kepada penggunanya, mereka lebih banyak mendengarkan dan mendorong pembicaraan yang multi-arah. Fungsi customer service tradisional hanyalah untuk menanggapi komplain dan pendekatan top-down, sementara dalam Collaborative Consumption lebih merangkul komunitas.
Pendiri Collaborative Consumption menggunakan waktunya untuk menyapa anggotanya dan mengenalkannya kepada anggota lainnya. Pemimpin melihat dirinya bukan sebagai penguasa brand tapi lebih sebagai tuan rumah dari sebuah pesta, menolong para undangan untuk saling berintegrasi dengan anggota yang lainnya.
Letting Go
Dalam Collaborative Consumption, penggagas harus benar-benar membiarkan dan membebaskan anggota komunitasnya untuk melakukan dan mengekspresikan dirinya, walau terjadang tidak berhubungan dengan fungsi komunitas, sepanjang masih dalam koridornya.
Brand of No Brand
Jika kita lihat Wikipedia, Digg, PlentyOfFish, Tumblr atau Craiglist, adalah komunitas-komunitas yang berdayaguna karena fungsinya yang berguna untuk penggunanya, namun secara brand sepertinya bukan brand yang secara tradisional kita pahami. Orang bahkan tidak mengasosiasikannya sebagai brand tapi sebagai fungsi. Jika saya tanya apakah anda tau Wikipedia? Apakah yang terlintas di kepala Anda?